Kebun Rumput Peternakan - Sapi - Perah - Lembang |
Sebetulnya pada tulisan kali ini saya ingin meceritakan pengalaman beternak sapi perah semenjak saya kecil. Karena pengalaman ini kayaknya layak untuk di sare kepada rekan rekan sesama peternak atau yang ingin menjadi peternak....Ayo kita mulai ceritanya...
Dulu waktu kecil seingat saya pekerjaan bapak saya sebagai pedagang dan juga petani , beberapa tahun kemudian entah apa sebabnya bapak saya beralih propesi menjadi peternak pertama beternak bapak saya mempunyai dua ekor sapi, satu milik sendiri yang satu paroan (kerjasama bagi hasil), saya mulai dilibatkan dalam peternakan sapi perah bapak saya sejak kelas lima SD usia 11 Tahun, sudah belajar ngambil rumput atau ngarit bapak saya membuatkan sebuah alat angkut yang dipikul namanya sundung yang dibuat dari bambu bentuknya seperti dua segitiga sama kaki yang posisinya dibalik.yang disatukan dengan satu batang bambu sebagai porosnya tempat untuk memikul....."dulu senang banget dibikinin sundung untuk ngambil rumput" ..karena kita bisa pergi sama teman teman untuk nyari rumput atau nyari kayu bakar atau jajaba...(daun pohon pines yang kering untuk alas tidur sapi). Dulu bisa ngarit (ngambil rumput) serasa bangga karena orang tua dulu pasti memuji anak yang sudah rajin dan mau membantu orang tua.
Pada tahun sembilan puluhan pada saat saya masih SD peternak sangat jarang bisa dihitung dengan jari , propesi penduduk banyaknya sebagai petani itu pun hanya sekitar 20%, peternak sapi perah paling hanya 5% yang paling besar sebagai buruh tani atau pegawai kontrak perkebunan teh Sukawana.Setelah mulai ada pembelian tanah besar besaran oleh depeloper dan berdirinya villa villa mewah, tergeserlah dunia pertanian yang dulunya petani atau buruh tani ahirnya banyak beralih propesi menjadi peternak.Sehingga pada saat itu pertumbuhan peternakan sapi perah sangat berkembang pesat apalagi dibarengi dengan adanya BANPRES ..atau bantuan presiden.Pada saat itu saya sudah kelas 6 SD. Pada waktu itu saya sudah dipercaya untuk looper susu atau nganterin susu ketempat penampungan wuhhh jaraknya cukup jauh kurang lebih satu kilometer dari rumah.dulu akses jalan masih jelek dan jalan kerumah pun masin jalan setapak yang kanan kirinya dipenuhi pohon jambu yang besar besar, tiap hari nganterin susu gak pakai milkcan kaya sekarang dulu pakai kaleng bekas cat, jadi kalau musim hujan karena jalanya masih tanah dan licin banyak yang tumpah itu hampir setiap hari ... dan dulu belum semuanya pakai sepatu boot kaya sekarang. Tiap hari saya datang kesekolah selalu kesiangan karena harus nganterin susu dulu ...dan itu berlangsung sampai saya kels 3 SMA. tapi ada baiknya juga saya jadi dikenal sama guru guru disekolah." terkenal kesianganya."
Kenangan yang paling berkesan dalam peternak sapi perah, itu pada saat musim kemarau, kami para peternak mencari rumput sampai kedalam hutan bahkan sampai kepuncak Gunung Tangkuban Perahu yang berjarak 5 km dari rumah. Naik dari ketinggian 1370m diatas permukaan laut ke ketinggian 1800san. kebayang kan kemiringanya saya jamin kalau orang yang gabiasa jalan kaki tanpa beban ke puncak gunung bisa sampai 3 jam, kami para peternak naik kepuncak gunung membawa troli atau gerobak beroda satu yang bisa mengangkut rumput 200kg, beban gerobaknya sekitar 30 sampai 40 kg ditambah perbekalan satu jerigen 5liter air cadangan untuk air minum dan bungkusan nasi bersama beberapa potongan ikan asin dan sambal terasi ...menu paporit untuk dihutan..berjalan dari rumah jam 6 pagi sampai di tujuan sekitar jam 7 ngambil rumput selama dua jam pulang kerumah jam 11 siang, dengan membawa beban rumput 200kg dari puncak gunung.hal ini hampir di alami semua peternak dan anak anak peternak yang ada di kawasan kaki gunung Tangkuban Perahu yang dilakukan tiap hari selam musim kemarau. Rumput yang kami ambil berupa daun pakis, daun harenong, rumput hutan, alang - alang muda dan banyak lagi tanaman hutan yang bisa dimakan sapi.Trek yang kami lalui tak semulus yang diperkirakan dari mulai lereng tebing yang curam , berbahaya , sampai kawasan daerah binatang buas harimau sama macan kumbang, dan hampir setiap hari ada cerita peternak yang lari takut harimau ..., pada saat saya sekolah pagi hari saya sudah anterin gerobak ke puncak gunung berangkat sehabis solat subuh disimpan di tempat biasa ngambil rumput dan natinya akan di isi oleh ayah atau ibu saya yang ngambil rumput kedalam hutan, sampai dirumah jam 6 pagi nganterin susu terus pergi kesekolah dan sudah pasti kesiangan. siang harinya pulang sekolah langsung pergi lagi kehutan untuk ngambil gerobak yang sudah di isi.Perjuangan yang sungguh luar biasa berkesan.Kalau sekolah siang , sudah pasti sebelum sekolah pergi pagi masuk kedalam hutan sampai dipuncak gunung ngambil rumput dan pulangnya gak boleh lewat dzuhur .. kalau engga pasti kesorean. dan ini pasti terjadi kalau rumputnya sudah susah di cari...tapi walau kesiangan atau kesorean saya pasti akan tetap sekolah. ga pernah ada kata bolos dalam hidup saya dan saya tetap mencoba untuk aktip dalam organisasi disekolah walau pun harus kejar kejaran dengan rumput...Saya ceritakan hal ini karena ini yang umum terjadi untuk anak anak peternak Lembang dan ini merupakan kunci bagi para peternak untuk tetap bertahan dan sebagai catatan penting gunung Tangkuban Perahu merupakan penunjang utama bagi peternakan sapi perah yang ada di desa hutan kawasan Lembang.
Peternakan Sapi Perah Merupakan hal yang paling potensial bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Para peternak sapi perah seperti karyawan yang ada pada usahanya sendiri karena dengan adanya koperasi pembayaran dari hasil produksi susunya tepat dan terjadwal 15 hari sekali.Sehingga ini memicu banyaknya penawaran berupa kredit yang hampir setiap saat masuk ke para peternak.Dan pada saat ini saya akan bercerita peternakan tahun 2000 an atau milenium baru.masuk tahun dua ribuan budaya masyarakat sedikit bergeser yang dulunya bawa sundung bawa gerobak roda satu, sekarang hampir semua kegiatanya menggunakan kendaraan bemotor baik sepeda motor maupun mobil. ini di picu karena adanya inflasi dari harga sapi tahun sembilan puluhan seharga Rp 5000.000 Per ekor sekarang tahun 2015 harga puncaknya mencapai Rp21.000.000, inflasi ini disebabkan beberapa faktor yaitu ;naiknya harga susu dan besarnya permintaan konsumen akan produk yang dihasilkan peternakan...." dulu kalau mau beli motor harus ngejual sapi perah 3 ekor tapi sekarang cukup menjual satu ekor sapi.".Peternak yang dulu apabila musim kemarau masuk hutan sekarang lebih mudah cukup dengan pesan jerami, rumput atau bahan makanan yang lainya. Hanya tinggal telpon. secara hitungan ekonomis tahun sembilan puluhan lebih menguntungkan dan seimbang dengan beban perjuangannya, tahun dua ribuan sekarang nilai aset hitunganya lebih besar namun keuntunganya sedikit, tapi pekerjaanya jadi lebih mudah.
Perkiraan perkembangan peternakan sapi perah yang akan datang
Peternakan sapi perah yang akan datang pasti berbasis dunia informasi dimulai dari penjualan susu freshmilk yang langsung ke konsumen sampai jual beli sapi yang sudah online, dan pada saat sekarangpun sudah mulai berlangsung. walau hasilnya net propit sedikit tapi peternakan akan menjadi lebih mudah dan ketersediaan bahan pakanya akan lebih banyak.So sebagai seorang peternak jangan hawatir peternakan bisa lebih maju dengan teknologi tepat guna dan yakin kita bisa lebih maju dengan inopasi yang sesuai dengan tantangan yang ada.
No comments:
Post a Comment